Sejak
masa Mbah Yahi Muallif, Solawat Wahidiyah QS wa RA sampai kepemimpinan Kanjeng
Romo KH. Abdul Latif Madjid RA, Kyai Mawahib Adnan dikenal sebagai salah satu
dai Wahidiyah yang mumpuni. Namun, pada hari Senin tanggal 21 April 2014 pukul
15.40 WIB, Ia dipanggil oleh Allah SWT setelah mengalami gegar otak ringan
akibat jatuh membentur aspal sepuluh hari sebelumnya. Selain itu, Ia juga
diketahui mempunyai riwayat gangguan liver.
Selama
dirawat di Rumah Sakit Gambiran Kota Kediri, Ia tiga kali mengalami masa
kritis. Selama dalam kondisi sakaratul maut, keluarganya tak henti-hentinya
bermujahadah. Kalimat nida’ “Ya Sayidi Ya
Rasulullah” tidak putus dibisikkan di telinga kanan dan kirinya, hingga
menghembuskan napas terakhir.
Sebelum Wafat, Kyai Mawahib Ditemui Malaikat Izrail
Selama
sakit, Kyai Mawahib sering sekali meminta posisi menghadap ke arah barat (arah
kiblat). Pada saat kritis yang pertama, Ia sulit bernapas dan sekujur tubuhnya
dingin. Ketika Ia sadar dan dapat membuka mata kembali, Ia meminta istri dan anaknya
membaca ‘amin’ untuk doa yang dibaca. Tetapi anak istrinya tidak mengetahui entah
apa isi doa itu. Suatu malah tiga hari sebelum wafat, Kyai Mawahib bercerita
kepada anaknya. Ia berkata,
“Malaikat Izrail wis teko mengucapkan salam
karo Bapak. Klambine putih bersih, wajahe ganteng bercahaya. Aku nyuwun karo
Izrail tambah waktu 2 tahun maneh. Tapi lek wis dikersakne Gusti Allah saiki,
yo monggo!”
Artinya
: Malaikat Izrail sudah datang mengucapkan salam kepada Bapak. Bajunya putih
bersih, berwajah tampan dan bercahaya. Aku meminta kepada Izrail tambah waktu
dua tahun lagi. Tetapi kalau sudah dikehendaki oleh Gusti Allah sekarang, ya
silahkan.
Beberapa
jam sebelum Kyai Mawahib meninggal, salah seorang putranya sowan menghadap Hadhrotul
Mukaram Kanjeng Romo Yahi RA untuk mohon doa restu.
Kanjeng Romo Yahi RA :
“Piye keadaane?” (Bagaimana
keadaannya?)
Putra Kyai Mawahib :
”Sak mangke sampun kritis, lemah, mboten
sadar. Suhu badanipun tinggi, tapi sukunipun dingin” (Sekarang sudah
kritis, lemah, tidak sadar. Suhu badannya tinggi, tetapi kakinya dingin)
Kanjeng Romo Yahi RA :
“Mujahadah, Ya Sayidi… 10.000x. Lek
pancen isih diparingi wektu, mugo-mugo ndang sehat. Lek wis wayahe, mugo-mugo
khusnul khotimah” (Mujahadah, Ya Sayidi… 10.000x. Kalau memang masih diberi
waktu, semoga cepat sehat. Kalau sudah saatnya, semoga khusnul khotimah)
Putra Kyai Mawahib :
“Nuwun sewu Kanjeng Romo, naliko Bapak
dereng kritis, nyuwun kulo supados sowan Romo Yahi. Kulo supados matur dateng
Panjenengan, Panjenengan kerso ngakeni Bapak dados penderek Panjenengan dunia
akhirat” (Maaf Kanjeng Romo, ketika Bapak belum kritis, Beliau meminta Saya
untuk sowan kepada Kanjeng Romo. Saya diminta sowan dan memohon kepada Panjenengan
agar berkenan mengakui Bapak jadi penderek Panjenengan dunia akhirat)
Kanjeng Romo Yahi RA :
“Amin… Amin… Amin…”
Akhirnya,
pada Senin 21 April 2014 bakda Ashar, Kyai Mawahib Adnan wafat, beberapa menit
setelah keluarganya selesai melaksanakan dawuh Beliau RA, Mujahadah dengan aurod
Ya Sayidi Ya Rasulullah 10.000x.
Pengalaman rohani juga dialami oleh Bapak Sakur, jamaah Wahidiyah Desa Tamanan
Kediri. Ia melihat Beliau Mbah Yahi Madjid QS wa RA dan Kanjeng Romo Yahi RA
sudah hadir dan menyambut di kuburan sebelum jenazah almarhum Kyai Mawahib
datang. Wallahualam (Sumber : DPPW Pusat)
Sumber:
Majalah
Aham Edisi 120 | Rajab 1436 H
Tags:
wahidiyah