Sakit
yang tak kunjung sembuh hampir membuat Khomsriyati putus asa. Dengan sisa-sisa
harapan, wanita kelahiran Karangan, Kabupaten Kutai, Timur Kaltim ini mencoba
mengamalkan nida’ Ya Sayidi Ya Rasulullah.
Pada akhirnya, keyakinan kepada Kanjeng Romo Kyai RA mengantarkannya menuju
tempat yang membawa harapan untuk sembuh. Berikut penuturannya.
Bermimpi Didawuhi Kanjeng Romo Kyai RA
Pada
awal tahun 2002, Saya mengalami sakit tumor. Saya berobat di berbagai tempat
dan para ahli (dokter, dukun dan obat tradisional), akan tetapi tidak kunjung
sembuh, bahkan semakin bertambah parah. Dengan disertai sedikit keraguan, Saya
mengamalkan Ya Sayidi Ya Rasulullah.
Waktu itu, perut Saya seperti wanita hamil 5 bulan.
Atas
nasihat tetangga, Saya berobat di pengobatan tradisional selama 5 bulan di
daerah Tempayau. Penyakit tumor ganas dalam perut Saya dapat keluar seperti
daging, Saya pun sembuh. Namun, 3 minggu kemudian penyakit Saya kambuh lagi.
Keluarga Saya mencari obat lagi kesana kemari seperti sebelumnya. Karena
lamanya menderita sakit, Saya hampir putus asa. Waktu itu, Saya tidak bisa
tidur secara telentang, Saya hanya duduk bersandar.
Bapak
Saya menyarankan agar Saya sering hadiah fatihah kepada Kanjeng Romo Kyai RA.
Suatu saat, ketika Saya di atas pembaringan (waktu itu sekitar jam 09.00 WIB), pikiran
Saya mengkhayal kesana kemari, tiba-tiba Saya teringat kepada Kanjeng Romo Kyai
RA. Saya hadiah fatihah dengan batin menghadap Beliau RA. Saya berkata:
“Kanjeng Romo, kalau Wahidiyah itu benar
menurut Allah SWT dan ampuh, tunjukkan kepadaku dimana tempat obat untuk penyakitku”
Pada
malam harinya, sekitar pukul 03,00 dini hari, Saya melakukan sholat tahajud dengan
duduk dan semampu Saya, untuk memohon kepada Allah SWT agar mendapatkan
kesembuhan. Selesai sholat, Saya tertidur dan bermimpi dihadiri kanjeng Romo
Kyai RA. Beliau dawuh, “Sabar, ya.
Penyakitmu obatnya ada di Jawa”.
Keesokan
harinya, Saya meminta Bapak Saya untuk menanyakan kepada pengamal Wahidiyah
tentang makna mimpi tersebut. Salah satu pengamal menyarankan agar Saya
menghadiri Mujahadah Kubro di Kedunglo yang akan dilaksanakan bulan depan.
Sowan ke Hadapan Hadhrotul Mukarrom Kanjeng Romo Kyai RA
Pada
tahun 2005, dengan kondisi perut besar badan tinggal tulang dan kulit, Saya bersama
suami dan pengamal Wahidiyah lainnya berangkat ke Kedunglo untuk mengikuti Mujahadah
Kubro dan mencari obat di Jawa. Melihat kondisi tubuh Saya yang kurus dan perut
Saya membesar seperti wanita hamil 7 bulan, semua keluarga melarang Saya
berangkat.
Namun,
keyakinanku tetap bulat. Obatku ada di Jawa. Aku berangkat ke Kedunglo. Setelah
sampai di Kedunglo, waktu itu hari Jumat pagi, Saya memberanikan diri sowan
kepada Beliau Kanjeng Romo Kyai RA, dengan diantar oleh Ibu Alim Salamah,
pengamal kota Samarinda. Kepada Beliau RA, Ibu Alim Salaman matur,
“Kyai, niki pengamal saking Kaltim, sakit
tumor sampun dangu, sakniki sampun parah. Nyuwun doa restu”
artinya:
Kanjeng Romo, ini pengamal dari Kaltim, sakit tumor sudah lama, sekarang sudah
parah. Mohon doa restu.
Kanjeng
Romo Kyai RAS dawuh, “Aku wis ngerti
kabeh, obate operasi ning Rumah Sakit, Gusti Allah sing aweh penyakit, Gusti
Allah sing aweh waras” (Aku sudah mengerti semuanya, obatnya operasi di Rumah
Sakit. Allah yang memberi penyakit, Allah yang memberi sembuh).
Selesai
pelaksanaan Mujahadah Kubro, Saya pergi ke Surabaya ke tempat keluarga sepupu
untuk meminta saran, mana Rumah Sakit yang baik untuk melakukan operasi.
Akhirnya Saya melakukan operasi di RS Mojowarno jombang. Setelah diadakan diagnose,
salah satu dokter (dr. Budi, spesialis kandungan) mengatakan bahwa pengobatan
atau operasi ini sudah terlambat untuk dilakukan. Semestinya sejak beberapa
bulan yang lalu.
Dokter
yang lain mengatakan bahwa jika dilaksanakan operasi, jaminan sembuh hanya
tinggal 25%, dan memerlukan biaya paling tidak 35 juta. Terkejut Saya dan suami
mendengar keterangan kedua Dokter ini. Saya
teringat dawuh Kanjeng Romo Kyai RA dalam mimpi bahwa obatku ada di Jawa, Saya
yakin akan sembuh di Jawa. Dan surat persetujuan operasi ditanda tangani oleh
suami Saya.
Pada
hari Senin tanggal 24 April 2005 pukul 10.00 WIB, operasi dilaksanakan. Ketika
pelaksanaan operasi baru dimulai, secara terjaga Saya melihat Hadhrotul
Mukarrom Kyai RA hadir dan berdiri di damping Saya. Saya pun matur, “Kanjeng Romo, Kulo nyuwun saras” (Kanjeng
Romo, Saya mohon sembuh, red.). Beberapa saat setelah pelaksanaan operasi, Dokter
Budi menemui suami Saya dan berkata,
“Istri bapak mendapat anugerah Tuhan. Operasi
yang diperkirakan membutuhkan waktu 4 jam, ternyata dapat selesai hanya 1.5 jam”.
Dan
penyakit yang terekam peralatan medis, begitu banyak, serta sangat kronis. Namun
setelah dilakukan operasi, ternyata penyakitnya hanya sedikit.
Demikianlah
keyakinan wanita kelahiran tahun 1978 ini pada dawuh kanjeng Romo Kyai RA,
benar-benar mengantarkannya pada kesembuhan. (dppw)
Sumber:
Majalah
Aham Edisi 135 | Muharram 1439 H
Tags:
wahidiyah