Pengalaman
rohani kali ini dialami oleh Cokro Kastari, pria kelahiran Demak yang merupakan
Wakil Ketua PW Tebo Jambi pada tahun khidmah 2011-2015 M. Ia mengenal Wahidiyah
justru di tempat yang mungkin tidak pernah disangkanya.
Diminta Membaca Ya Sayidi Ya Rasulullah oleh Suara Gaib yang Mengaku sebagai Kyai Kedunglo
Pada
tahun 2003, Saya masuk penjara (Lapas Demak Jawa Tengah) karena didakwa sebagai
penadah barang curian. Sebelum masuk penjara, Saya memiliki amalan membaca Al
Fatihah 1.000 kali dan ketika dalam penjara, setiap tengah malam amalan ini
Saya amalkan. Dan pada suatu malam, di tengah-tengah pengamalan, tiba-tiba ada
suara dari arah atas Saya: “Doanya
ditambah Ya Sayidi Ya Rasulullah“. Saya bertanya kepada suara itu, “Panjenengan siapa?”, suara itu menjawab,
“Saya Kyai Kedunglo, baca
sebanyak-banyaknya, doa tersebut”.
Dan pada
malam berikutnya, Saya mengamalkan Ya
Sayidi Ya Rasulullah. Beberapa minggu setelah Saya mengamalkannya, hati
Saya bertanya, siapakah Mbah Kyai Kedunglo itu Adakah orang yang mengetahuinya?
Empat bulan setelah pengamalan Ya Sayidi
Ya Rasulullah dan ketika Saya membaca doa tersebut, tiba-tiba ada suara, “Nak, Saya Kyai Kedunglo, besok siang ada kawanmu
datang ke sini”. Dan ketika waktu pukul 11.00 siang, Saya menunggu dan
melihat para pembesuk, kalau-kalau kawan Saya datang.
Ada seseorang
yang Saya tidak kenal sebelumnya memasuki ruang tahanan dan tiba-tiba kakinya
tersandung benda kecil di depannya. Dan Ia mengucapkan, “Astagfirullah, Ya Sayidi Ya Rasulullah”. Dari ucapannya ini Saya
memahami bahwa Ia adalah orang yang dijanjikan oleh Kyai Kedunglo. Saya
mendekatinya dan bertanya, “Pak, apa
Sampeyan pernah bertemu Mbah Kyai Kedunglo dan mengamalkan doa Ya Sayidi Ya Rasulullah?”.
“Sampeyan kok tahu Mbah Kyai Kedunglo,
apa Sampeyan pengamal Wahidiyah?”, orang tersebut balik bertanya.
“Beberapa bulan lalu, Mbah Kyai Kedunglo
menemui Saya secara rohani di penjara ini melalui suaranya dan menyuruh Saya
membaca Ya Sayidi Ya Rasulullah. Dan tadi malam Mbah Kyai Kedunglo datang lagi
dan memberi tahu bahwa hari ini ada kawan Saya yang datang ke penjara”,
jawab Saya. Orang tersebut terheran-heran mendengar jawaban Saya, lalu berkata,
“Subhanallah… karomah Mbah Kyai Raja
Waliullah. Kalau begitu nanti kita bertemu dan Saya akan menemui dulu kawan
lain yang ada di penjara ini”, jawabnya lagi.
Ringkas
cerita, setelah menemui kawannya, orang tersebut menemui Saya. Ia
memperkenalkan diri, namanya Pak hadi, jamaah Wahidiyah daerah Demak yang
rumahnya tidak jauh dari rumah tahanan. Kepada Saya, Ia memberitahukan bahwa
amalan Ya Sayidi Ya Rasulullah adalah
bagian dari Sholawat Wahidiyah dan Mbah Kyai Kedunglo itu Muallif Sholawat
Wahidiyah yang berada di Pondok Pesantren Kedunglo kota Kediri, Jawa Timur.
Dan semua
pengamal Wahidiyah meyakini bahwa Beliau adalah Sulthonul Auliya yang memiliki
karomah yang sangat luar biasa, seperti menemui muridnya atau yang lain di mana
saja. “Namun, yang menemui Sampeyan itu
Mbah Kyai yang sekarang atau Mbah Kyai yang dulu? Sebab Mbah Kyai Kedunglo yang
dulu, Mbah Kyai Abdul Majid namanya, sudah pulang ke rahmatullah. Sedangkan Mbah
Kyai Kedunglo yang sekarang adalah kanjeng Romo Kyai Abdul Latif Majid RA, dan
masih hidup”.
Bertemu Langsung dengan Pemilik Suara Gaib, Kanjeng Romo Kyai RA
Kemudian
Ia menganjurkan Saya tekun membaca doa tersebut (bermujahadah), serta kalau
sudah keluar dari penjara, segera berangkat ke Pondok Pesantren Kedunglo
Kediri. Lebih-lebih dapat menghadiri Mujahadah Kubro pada bulan Muharam atau
Rajab. Dan pada bulan Rajab tahun 2005 Saya dapat menghadiri Mujahadah Kubro di
Ponpes Kedunglo kediri. Saya tiba di Kedunglo jam 20.00 malam dan bisa
mendapatkan tempat agak dekat dengan mimbar podium.
Ketika
Beliau Hadrotul Mukarrom Kanjeng Romo KH. Abdul Latif Masjid RA Pengasuh
Perjuangan Wahidiyah telah memberikan fatwa amanat (pada gelombang pertama),
Saya sangat terkejut. Sebab suara Kanjeng Romo Kyai RA sama persis (tidak ada
bedanya sedikitpun) dengan suara orang yang mengaku sebagai Mbah Kyai Kedunglo RA
yang menemui Saya di penjara melalui suaranya. Wallahu A’lam. (Arsip DPW)
Sumber:
Majalah
Aham Edisi 140 | Agustus 2018 M / Dzulhijjah 1439 H
Tags:
wahidiyah