Ingin
menghadiri Mujahadah Kubro, namun sang Ayah dalam kondisi sakit. Sebuah keputusan
yang sulit bagi Mudzakir, pengamal dari Kecamatan Putra Rumbia, Lampung Tengah,
Provinsi Lampung. Karena keduanya adalah hal yang sama-sama penting. Lantas bagaimana
akhirnya Ia mengambil sikap? Berikut ini penuturannya.
Bermimpi Almarhum Ayahnya Digandeng Kanjeng Romo Kyai RA, Diajak Menghadap Allah dan Rasulullah
Bulan
Muharrom 1434/2013, Saya sekeluarga tidak bisa menghadiri Mujahadah Kubro,
sehingga berencana menghadiri Mujahadah Kubro bulan Rajab 1434/2013. Namun,
beberapa minggu menjelang bulan Rajab, Ayah Saya, Abdul Kadir, menderita sakit.
Semakin hari sakitnya semakin bertambah. Dalam kondisi semacam ini Saya
berpikir, bila sampai pelaksanaan Mujahadah Kubro Ayah belum sembuh, Saya tidak
mungkin berangkat ke Kedunglo. Ketika sakit Ayah semakin bertambah, Saya
memiliki firasat yang kuat bahwa Beliau sudah mendekati ajalnya.
Dalam
hati Saya terbesit, “Ya Allah, tundalah
sakit atau kematian Ayah Saya, agar Saya dapat mengikuti Mujahadah Kubro”. Pada
setiap Saya bermujahadah, Saya bertawajuh kepada Hadrotul Mukarrom Kanjeng Romo
Kyai RA, agar Beliau mendoakan supaya menunda sakit Ayah Saya. Alhamdulillah, dua minggu menjelang
Mujahadah Kubro Ayah berangsur-angsur sehat. Dan mendekati 5 hari menjelang Mujahadah
Kubro, Beliau sehat kembali dan tidak mengkhawatirkan bila ditinggalkan di
rumah.
Bahkan
Ia justru mendorong Saya agar Saya berangkat ke Kedunglo (Ayah Saya adalah
pengamal Wahidiyah sejak zaman Mbah Kyai Muallif Sholawat Wahidiyah QS wa RA). Beberapa
hari setelah pulang dari Mujahadah Kubro, Ayah jatuh sakit lagi. Dan akhirnya
selang beberapa hari kemudian Beliau pulang ke rahmatullah pada tengah malam
tanggal 29 Juni 2012. Tujuh haru setelah pemakamannya, Saya bermimpi melihat Beliau
Hadrotul Mukarrom Kanjeng Romo Kyai RA menggandeng Ayah. Beliau RA dawuh, “Bapakmu, Saya ajak menghadap Allah dan
Rasulullah”.
Kalau bosan membaca artikel di blog, bisa baca sambil dengerin video ini ya...
Kalau bosan membaca artikel di blog, bisa baca sambil dengerin video ini ya...
Tiga Kali Didawuhi kanjeng Romo Kyia RA: “Bapakmu Saya ambil, Saya bawa menghadap Rasulullah”
Hampir
sama dengan Mudzakir, pengalaman berikutnya dialami oleh Joko Siswanto,
pengamal dari Semarang. Berikut ini kisahnya:
Pada
tanggal 24 Maret 2014, Ayah Saya, bapak Sunardi (59) meninggal dunia. Sebelum jenazah
dimandikan, Saya dan beberapa pengamal Wahidiyah melaksanakan Mujahadah Arwah
dengan bilangan aurod 7/17 tiga kali rambahan di samping jasad almarhum. Hal itu
dilakukan dengan harapan semoga Rasulullah SAW serta Ghoutsu Hadzazzaman RA
menerima almarhum.
Pada
putaran ketiga di tengah-tengah Mujahadah, Saya melihat secara terjaga (bukan
mimpi) Hadrotul Mukarrom kanjeng Romo Kyai RA duduk di dekat jenazah Ayah Saya.
Ayah Saya pun bangun dari tempat pembaringannya dan sungkem kepada Beliau
Hadrotul Mukarrom Kanjeng Romo Kyai RA. Setelah sungkem, Ayah Saya kembali
berbaring seperti semula. Kepada Saya Beliau Kanjeng Romo Kyai RA dawuh, “Bapakmu Saya ambil, Saya bawa menghadap Rasulullah”.
Setelah dawuh itu, Kanjeng Romo Kyai RA tidak terlihat lagi.
Setiap
malam selesainya pembacaan kalimah thoyibah tahlil yang dilaksanakan masyarakat
umum, Saya bersama beberapa pengamal Wahidiyah melaksanakan Mujahadah Arwah. Dan
pada malam ketujuh, selesai acara tahlil dan warga telah pulang, Saya tertidur dan
bermimpi melaksanakan acara pemakaman yang sudah Saya laksanakan. Dalam pemakaman
ini, Saya melihat Hadrotul Mukarrom Kanjeng Romo Kyai RA menunggui pemakaman
Ayah Saya. Selesai pemakaman, kepada Saya kanjeng Romo Kyai RA mengulang
fatwanya, “Bapakmu Saya ambil, Saya bawa
menghadap Rasulullah”.
Pada
tanggal 24 April 2014, Saya menghadiri Mujahadah Rubu’ussanah DPW Kabupaten
Rembang yang bertempat di lapangan Kecamatan Kragan. Ketika Beliau Kanjeng Romo
Kyai RA memberikan fatwa amanat dan doa restu, Saya melihat secara terjaga
Beliau terbagi menjadi dua. Beliau yang satu tetap di podium, dan yang satunya
menggandeng Ayah Saya berdiri di depan Saya. Kepada Saya, Beliau RA dawuh: “Bapakmu Saya ambil dan Saya bawa menghadap Rasulullah”.
Sumber:
Majalah
Aham Edisi 141 | September 2018 M / Muharram 1440 H
Tags:
wahidiyah