Berada
jauh di negeri orang dan dalam keadaan susah tentu sangat menyedihkan. Seperti itulah
yang dirasakan Nuryanto saat berada di Malaysia. Untunglah pria kelahiran
Tulungagung ini segera teringat tentang sebuah amalan yang pernah Ia kenal
beberapa tahun yang lalu. Bacaan nida’ Ya
Sayidi Ya Rasulullah. Padahal Ia belum mengamalkan Sholawat Wahidiyah.
dengan wasilah bacaan itulah Allah memberinya pertolongan, berikut ini
penuturannya:
Kali Pertama, Saya Hanya Mengenal Nida’ Ya Sayidi Ya Rasulullah dan Tidak Benar-benar Mengamalkannya
Saya
mengenal aurod Ya Sayidi Ya Rasulullah pada
awal tahun 1996, tetapi Saya mengamalkannya sambil lalu saja. Tahun 2002, Saya
merantau ke Malaysia. Setelah dua tahun di Malaysia (sekitar akhir tahun 2004),
Saya mendapatkan permasalahan yang sangat berat, Saya dituduh terlibat kasus
pembunuhan. Padahal Saya tidak terlibat dalam pembunuhan (sebagaimana tuduhan
polisi Malaysia), namun Saya mengenal para pelakunya karena mereka bercerita
kepada Saya, dan hal itu tidak Saya laporkan ke kepolisian.
Ketika
Saya sudah berada dalam tahanan pemerintah Malaysia (daerah Muar, kawasan
kesultanan Johor), Saya mengalami depresi dan tekanan batin yang sangat berat.
Pada hari ke 12 dalam tahanan, Saya menghadiri persidangan pertama kali. Dalam persidangan,
jaksa membacakan tuntutan penjara selama 15 tahun untuk Saya. Mendengar tuntutan
itu, pikiran Saya bertambah kacau. Pada saat itu, Saya tanpa didampingi oleh
kuasa hukum maupun pihak KBRI di Malaysia.
Dan
sampai saat itu Saya juga belum sungguh-sungguh mengamalkan Ya Sayidi Ya Rasulullah. Pada saat persidangan
kedua, hakim mengabulkan tuntutan jaksa (15 tahun penjara). Mendengar putusan
ini, pikiran Saya semakin bertambah kacau. Dan dalam persidangan itulah, sambil
menitikkan air mata, Saya membaca Ya
Sayidi Ya Rasulullah. Lalu hakim menjelaskan bahwa Saya akan diberi
kesempatan untuk membela diri di persidangan berikutnya.
Kali Ini, Saya Baru Sadar Bahwa Saya Sangat Membutuhkan Pertolongan Allah SWT
Saya
dikembalikan ke ruang tahanan, dalam tahanan inilah hati Saya baru merasa
sangat memerlukan pertolongan Allah SWT. Untuk menghadapi persidangan selanjutnya,
Saya perbanyak membaca Ya Sayidi Ya Rasulullah.
Seluruh waktu Saya, siang maupun malam, Saya habiskan untuk membacanya, hingga
tak terbatas jumlahnya. Bahkan selama tiga hari tiga malam, sedikit sekali Saya
tertidur.
Kunjungi YouTube Saya untuk mendengarkan pengalaman rohami Wahidiyah versi video
Diberitahu Kanjeng Romo Kyai RA Tentang Lamanya Masa Tahanan
Ketika
menjelang waktu Subuh atau satu hari sebelum persidangan, antara sadar dan
tidak Saya melihat seseorang berjubah putih. Beliau datang kepada Saya dan
berkata, “Hukumannya dijalani saja, dan
tidak lama sampean di dalam penjara”, kemudian Saya tersadar. Pada persidangan
terakhir, sejak berangkat dari kamar tahanan sampai dalam ruangan persidangan
serta disela-sela Saya menjawab pertanyaan hakim, dalam hati Saya terus membaca
Ya Sayidi ya Rasulullah.
Dan Alhamdulillah hakim memutuskan Saya dipenjara
selama 68 hari dipotong masa tahanan. Keputusan ini ternyata sesuai dengan nasihat
Beliau yang hadir dalam mimpi, Saya pun menjalani sisa tahanan tersebut. Lalu
akhirnya, Saya bebas dan pulang ke Indonesia (Surabaya) atas biaya pemerintah
Malaysia.
Setelah
satu minggu bersama keluarga, Saya menceritakan mimpi Saya di Malaysia kepada
kakak ipar Saya yang telah lama mengamalkan Wahidiyah. Dia tidak banyak
memberikan penjelasan, hanya mengajak Saya menghadiri Mujahadah Kubro bulan
depannya. Kepada Saya Ia berkata, “Di Kedunglo
nanti, Kamu akan mendapatkan jawaban”.
Saya
pun datang ke Pondok Pesantren Kedunglo pada acara Mujahadah Kubro bulan Rojab
2004. Dan ketika Beliau Hadrotul Mukarrom Kanjeng Romo KH. Abdul Latif Madjid
RA berada di atas mimbar podium, Saya terkejut dan tiba-tiba menangis. Saya
terharu dan takjub, ternyata orang yang menemui Saya dalam penjara Malaysia
adalah Beliau Hadrotul Mukarrom Kanjeng Romo Kyai RA. Ya Sayidi Ya Ayyuhal Ghouts… (sumber:
dppw)
Sumber:
Majalah
Aham Edisi 142 | November 2018 M / Robi’ul Awwal 1440 H
Tags:
wahidiyah