Pengalaman ini dialami oleh Tamama. Kecintaannya
pada Al-Quran, membuat Alumni SD Wahidiyah Kedunglo asal Mojo ini memilih
meneruskan pendidikan di sebuah pondok tahfidz. Ia juga berangkat atas restu
Kanjeng Romo Kyai RA.
Sempat Kesulitan Saat Pertama Kali Menghafal Al-Quran, Semangat Kembali dengan Mujahadah
Waktu pertama kali masuk di pondok tahfidz, Saya merasa takut karena belum
bisa apa-apa. Dalam pikiran Saya, mengaji Saya masih banyak yang salah, apalagi
untuk menghafalnya. Setiap hari Saya selalu menangis karena itu. Dan ketika
tanggal setor dimulai, sebelumnya Saya mencoba untuk menghafalkan Surat An-Naba’
dan ternyata itu susah sekali. Tidak ada yang masuk di otak dan Saya hanya
menangis. Dan besoknya Saya menelepon keluarga dan menceritakan itu semua. Mereka
meminta Saya untuk Mujahadah, minta petunjuk Kanjeng Romo RA.
Setelah menelepon, Saya langsung Mujahadah sesuai yang diijazahkan Beliau. Ketika
Mujahadah Saya hanya membayankan Beliau dan Saya matur kepada Beliau, “Usaha kulo
buntu, Kanjeng Romo... ”. Setelah Mujahadah, hati Saya menjadi tenang. Lalu malamnya
ketika Saya tidur Saya bermimpi bertemu Beliau. Dalam mimpi itu suasananya
seakan Saya datang dalam sebuah acara di pondok Kedunglo. Saya duduk di antara
santri-santri yang lain.
Ketika fatwa amanat dan doa restu, Kanjeng Romo RA dawuh, “Nek pondok kene uwes lengkap kabeh mulai
sekolah dll... sing kurang gur siji yoiku ‘ngaji’. Mulakno awakmu kudu sing
tenanan lekmu ngaji bocah-bocah... lek gak tenanan Wahidiyah akan mudah
dihancurkan dengan masalah ngaji bocah-bocah.. ”. Artinya : di pondok ini
sudah lengkap semua mulai sekolah dll... Yang kurang hanya satu yaitu ‘mengaji’.
Makanya Kamu harus bersungguh-sungguh dalam mengaji anak-anak. Jika tidak
bersungguh-sungguh, maka Wahidiyah akan mudah dihancurkan dengan masalah
mengaji.
Waktu dawuh itu, Kanjeng Romo RA dengan nada menjerit dan menangis. Ketika selesai
acara, Saya melihat kakek Saya bersama dengan Bibi Saya. Ketika bangun tidur Saya
langsung menangis dan menyadari bahwa Kanjeng Romo RA memang benar-benar ada ketika
pengamal mengalami kesulitan . sejak saat itu Saya jadi lebih bersemangat untuk
menghafal. Ketika rasa malas dan susah itu muncul, Saya tanamkan di hati Saya, “Jangan
malas... ! Anak Sholihah tidak boleh malas! Kamu harus
bisa khatam Al-Quran! Ingat doa restu Kanjeng Romo RA dan keluarga.”
Mimpi Jadi Kenyataan, Berhasil Menyetorkan Hafalan Al-Quran Meski Lupa Hafalan Sebelumnya
Peristiwa lainnya adalah setiap malam sebelum tidur Saya selalu menghafal
untuk disetorkan besok paginya. Suatu ketika Saya lupa tidak menghafal, namun
sebelum tidur Saya bermujahadah. Dalam tidur Saya bermimpi menghafal dan
paginya ketika waktu setor, tiba-tiba Saya bisa menyetorkan ayat-ayat yang Saya
hafalkan dalam mimpi Saya. Teman-teman pun heran, karena Saya tahu mereka belum
menghafalkan. Saya yakin, semua itu atas nadhroh dan
tarbiyah Beliau Kanjeng Romo KH. Abdul Latif Madjid RA. Wallahu a’lam (brm)
Sumber:
Majalah Aham Edisi 150 | Maret 2020 M / Rajjab 1441 H
Tags:
wahidiyah