Apa kamu mengenal cerita Malin Kundang? Hampir setiap orang sudah mengetahui cerita legenda dari wilayah Sumatera Barat ini yang menceritakan tentang seorang anak yang durhaka kepada ibundanya dan lantas dikutuk menjadi sebuah batu.
Sedari kanak-kanak, kamu tentu sudah sering
mendengarkan atau membaca kisah Malin Kundang. Ceritanya selalu menjadi
pengingat bagi siapa pun untuk nurut dan berbakti kepada kedua orang tua
terutama ibu.
Lalu, bagaimana kisah Malin Kundang yang
sebenarnya? Dan apa pesan moral yang tersirat di dalamnya? Yuk, simak ceritanya
di bawah ini!
Ringkasan Cerita Malin Kundang
Diceritakan Malin Kundang yang semula harus
hidup miskin bersama ibunya, akhirnya ia memutuskan pergi merantau ke negeri
seberang dengan harapan bisa menjadi orang kaya. Setelah bertahun – tahun merantau
tanpa memberikan kabar kepada sang ibu sekalipun, akhirnya Malin pergi
mengunjungi kampung halamannya bersama sang istri yang merupakan anak
bangsawan.
Namun, ia sama sekali tidak mau mengenali
ibunya karena tampak sudah tua, lusuh, dan mengenakan pakaian compang –
camping. Malin sangat malu kepada istrinya jika harus mengakui wanita tua itu
adalah ibu kandungnya. Kemudian, karena ibunya merasa sangat sedih dan marah,
wanita itu berdoa kepada Allah, tak lama setelah itu Malin pun dikutuk menjadi
sebuah batu. Kapalnya yang besar dan sangat megah pecah diterjang ombak.
>> Tokoh di Cerita Malin Kundang
Berdasarkan cerita singkat Malin Kundang
diatas, bisa diketahui siapa saja tokoh yang ada di dalam legenda tersebut
yaitu Malin Kundang, Ibunya yang bernama Rubayah, dan Istrinya.
>> Fakta Cerita Malin Kundang
Legenda Malin Kundang adalah salah satu
cerita rakyat dari wilayah Padang, Sumatera Barat.
Adanya bongkahan batu yang menyerupai sosok
manusia yang sedang bersujud di wilayah Pantai Air Manis di Padang, diyakini
benar sebagai sosok Malin Kundang yang dikutuk akibat durhaka kepada ibunya.
Namun faktanya, bongkahan batu tersebut
merupakan pahatan manusia yang memang sengaja dibuat. Dadril Bayras dan
Ibenzani Usman adalah seniman yang memahat batu tersebut. Keduanya membuat
relief batu Malin Kundang yang terinspirasi dari cerita rakyat setempat.
Bongkahan batu Malin Kundang yang sedang
bersujud tersebut telah mengalami beberapa renovasi serta dilapisi oleh semen
dan di cat ulang untuk menjaga bentuknya. Selain ada batu tersebut,
disekitarnya juga ada pahatan batu berbentuk puing – puing perahu, tong kayu,
tambang, dan jangkar kapal.
Meskipun begitu, wilayah Pantai Air Manis
masih menjadi objek wisata alam favorit bagi wisatawan yang berkunjung untuk
sekedar mampir melihat relief batu Malin Kundang sekaligus menikmati keindahan
pantai.
Pesan Moral atau Hikmah dari Kisah Malin Kundang
Ada banyak pesan moral atau hikmah yang
bisa dipetik dari cerita Malin Kundang, terutama bagi anak – anak agar selalu
berbakti kepada kedua orang tua yang sudah merawat dan membesarkan sepenuh
hati. Jangan pernah merasa malu atau gengsi jika dibesarkan dari keluarga
miskin, namun jadikan hal itu sebagai motivasi untuk bekerja keras. Sebab,
dengan bekerja keras maka akan ada hasil yang dapat dipetik.
Selain itu, saat nanti sudah menjadi orang sukses jangan sekali – kali berbuat durhaka kepada kedua orang tua, terutama ibu. Mengingat surga berada di bawah telapak kaki ibu, maka bahagiakanlah beliau selagi masih ada karena rezeki dan keberkahan akan terus mengalir dalam hidup kamu melalui ridha dan doa ibu.